Scroll to top
0

Pusat Bantuan085338409193

Keranjang Belanja

Sejarah Desa

Desa Selelos merupakan salah satu desa di Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Desa tersebut terletak di daerah pegunungan yang dikelilingi oleh hutan, perkebunan, dan persawahan, jadi tidak heran saja kalau desa ini dikenal memiliki keindahan alam yang sangat memukau dan budaya lokal yang kental. Nama desa Selelos sendiri berasal dari kata "Selelos" yang diyakini berasal dari kata "Lelelos", yang dimana artinya adalah "tersembunyi" atau "terisolasi". Kata ini sangat menggambarkan letak desa Selelos yang terpencil di antara perbukitan dan hutan, yang pada masa lalu sulit diakses. Seiring waktu, sebutan "Lelelos" berubah menjadi "Selelos," dan nama Selelos itu lebih dikenal hingga saat ini. 

Desa Selelos mulai dihuni sekitar abad ke-18 oleh masyarakat adat Sasak yang berpindah dari daerah pesisir. Masyarakat ini mencari tempat tinggal yang lebih aman dari ancaman serta konflik antarsuku yang kerap terjadi di wilayah pesisir. Mereka menemukan daerah pegunungan yang subur di Selelos, yang kemudian menjadi pusat pemukiman dan aktivitas mereka. Lahan yang subur serta sumber air yang cukup memungkinkan mereka untuk bertani dan menetap dengan nyaman di daerah ini.

Sejak awal, pertanian menjadi mata pencaharian utama penduduk Desa Selelos. Komoditas utama yang ditanam meliputi padi, kopi, dan kakao. Para petani memanfaatkan lahan subur yang ada di sekitar pegunungan dan mengembangkan sistem irigasi tradisional yang memanfaatkan aliran sungai dari pegunungan di sekitar desa. Sistem pertanian ini mendukung ketahanan pangan lokal dan menjadi salah satu sumber ekonomi utama bagi masyarakat Desa Selelos.
Pada masa kolonial Belanda, Desa Selelos relatif aman dari pengaruh langsung penjajahan karena letaknya yang terpencil. Meskipun begitu, kebijakan kolonial Belanda tetap berdampak pada kehidupan di desa ini, terutama dalam hal distribusi lahan dan hasil pertanian di wilayah tersebut. 

Setelah Indonesia merdeka, Desa Selelos mengalami beberapa perubahan administratif. Pada tahun 2008, Kabupaten Lombok Utara dibentuk sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Lombok Barat, dan Desa Selelos secara resmi menjadi bagian dari kabupaten baru. Sejak saat itu, desa ini mulai mengalami peningkatan pembangunan infrastruktur, namun tetap mempertahankan karakter khas pedesaannya yang alami.

Budaya Sasak masih hidup dan dipertahankan dengan baik oleh masyarakat Desa Selelos. Tradisi adat seperti Begawe (ritual adat untuk pernikahan) dan Peresean (adu ketangkasan dengan menggunakan rotan) masih rutin dilakukan dan menjadi simbol kearifan lokal yang kuat. Kearifan dalam pengelolaan lingkungan serta cara bertani diwariskan dari generasi ke generasi, menjadikan Selelos sebagai desa yang menjunjung tinggi harmoni antara manusia dan alam.

Seiring berjalannya waktu, Desa Selelos berkembang menjadi salah satu destinasi ekowisata di Kabupaten Lombok Utara. Dengan pemandangan persawahan, hutan, perkebunan, dan pegunungan, dan trekking yang menyuguhkan panorama alam yang indah, desa ini menarik perhatian wisatawan yang mencari pengalaman alam dan budaya lokal. Ekowisata ini membantu perekonomian desa, memberi dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat tanpa mengganggu kelestarian alam dan budaya mereka.

Desa Selelos merupakan contoh desa tradisional yang berhasil mempertahankan warisan budaya dan kearifan lokal. Dengan memanfaatkan potensi alamnya yang kaya, masyarakat Selelos mampu menjaga tradisi sekaligus membangun ekonomi lokal, khususnya melalui sektor pertanian dan ekowisata. Desa Selelos adalah lambang kekuatan tradisi dan alam yang berpadu harmonis dalam kehidupan masyarakat Sasak.